Amerika telah melegalkan pernikahan sesama jenis beberapa hari lalu,
yang akhirnya membuat mereka memiliki perlindungan hukum dan pernikahannya
diakui.
Banyak pro dan kontra menyusul datangnya berita suka dan
duka ini. Bagi mereka yang membenci LGBT (Lesbian, Gay, Bi, Transgender),
adalah berita duka. Sedangkan ini adalah berita bahagia bagi mereka yang mendukung.
Dua hal yang kontras mengalir di timeline akun sosial media
saya. Ada yang memposting kiriman dengan nada-nada benci dan menyalahkan, namun
banyak yang merayakannya dengan mengubah profile picture mereka dengan gambar
pelangi.
Sebelum saya melanjutkan post ini, saya menegaskan bahwa
saya adalah pihak netral dalam hal
ini. Dalam hal ini, berarti saya tidak mendukung, tidak pula membenci. Saya
netral dengan berpegang pada kepercayaan saya; “agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku.”
Mari sebelumnya saya juga pertegas dulu kalau ini bukan ajang
dakwah, atau ajang debat masalah agama. Blog ini adalah blog umum, yang isinya
beragam. Jika Anda ingin berdebat, silahkan ke forum yang lebih layak, atau face to face. Jadi, saya akan melepas
kacamata agama di postingan ini.
Karena saya nggak pinter nyusun paragraph runtut, maka saya
akan menuliskan seperti bentuk tanya jawab saja.
-
Anda
tidak marah, dengan dilegalkannya pernikahan sesama jenis di Amerika? Ini tanda-tanda
akhir zaman nih!
Terlepas dilegalkannya keputusan ini di US
sana atau tidak, kita memang sedang ada di akhir zaman, yang tanda-tandanya
sudah diprekdisikan dari zaman kita belum dirancang. Jika memang ternyata ada
dan terjadi, yang berarti sudah takdirnya, kan? Toh, akhir zaman adalah salah
satu takdir yang tidak dapat dirubah. Sudah paten datangnya, jadwalnnya.
Manusia tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana. Kita hanya bisa melihat
tanda-tandanya.
-
Ini
mengulang zamannya kaum nabi Luth, kaum Sodom!
Terus? Apakah Anda takut terkena laknat-Nya
padahal Anda tidak ikut-ikut? Anda meremehkan Yang Maha Tahu? Apakah nabi Luth
terkena azab setelah beliau mencoba menyadarkan mereka? Nggak, kan? Kalau Anda
takun, jangan. Ada yang Maha Mengetahui. Kalau Anda sudah berusaha menasehati (bukan memaki), tapi mereka tak mau
mendengar, tinggalkan. Jika Anda memaki mereka, maka Anda salah. Jangan nodai
kepercayaan kita dengan membuatnya terlihat seolah memaksa, menuntut. Beritahukan
pelan-pelan, dengan pengertian, bukan dengan kekerasan hati. Apakah Nabi Luth dulu memaki mereka? Beliau hanya berdakwah.
Bahkan sebagai nabi, beliau tidak memaksa dengan kekerasan hati, masih dengan
baik hati dan tidak ada kekerasan.
-
Anda
mendukung homoseks, ya?!
Tidak.
Saya tidak mendukung. Saya malah tidak suka dengan adanya kejadian ini, namun
saya tidak akan mengumbar benci yang tak ada gunanya. Saya punya teman dari
luar negeri sana. Baik sekali. Kami bertemu di room chatting, tapi sudah saling berkirim surat dan hadiah. Usut punya usut ternyata dia Bi.
Pernah satu kesempatan saya tahu dia memiliki pacar, perempuan. Saya kaget.
Tapi dia teman baik. Saya bilang:
“Sorry, I can't congrat you, but as long as you’re happy, then it’s fine.”
“Maaf.
Aku tidak memberi selamat, tapi kalau kamu senang,
ya sudahlah.”
Kenapa saya tidak memberi selamat atas
jadiannya dia, padahal kami teman baik? Karena saya tidak mendukung terjadinya
itu. Kenapa saya tidak marahi dia dan menceramahi dia? Karena saya juga
memiliki tenggang rasa, yang hidup dengan paham bhinneka tunggal ika. Nggak tahu artinya? Balik sana ke SD.
Saat saya bilang seperti itu, teman saya
paham. Dia tidak marah pada saya karena bilang seperti itu. Selanjutnya,
sebagai upaya terselubung, setelah dia putus sama cewenya, saya mencoba untuk menggoda
dia untuk mencari cowo. Inilah salah satu kebahagiaan saya berteman dengan
teman-teman dari lintas agama, daerah, dan budaya. Mata saya jadi lebih
terbuka, jika dunia ini bukan milik satu kaum semata.
Duh, jadi rada serius
yah? Yuk lanjut yang lebih ringan. xD Selanjutnya adalah debat yang menyangkut
kesukaan saya dan yang lain, yang barangkali memiliki pandangan sama.
-
Fujoshi
itu penyuka yaoi, kalau nggak mendukung LGBT, munafik dong!
Darimana itu teorinya? Yaoi 2D dan gay di
dunia nyata itu beda. Menyukai yaoi, tidak berarti harus mendukung yang di
dunia nyata. Sama aja kaya gini dong, “Kamu suka lagunya Sirine (disamarkan,
red.), tapi nggak kenal dan nggak suka penyanyinya?!” Iya, nggak? Memang kenapa
kalau cuma suka lagunya aja, tapi nggak suka penyanyinya? Dosa? Ada gitu,
kewajiban buat kudu suka sama penyanyinya kalau suka lagunya?
Alasan menyukai yaoi pun tidak ada sangkut
pautnya dengan dukungan terhadap gay. Kenapa suka Yaoi? Karena romancenya lebih
dalam dari komik-komik shoujo yang itu-itu saja konfliknya. Cowo suka cewe,
cewenya disukai cowo lain dan bla bla bla. Pokoknya itu lah standarnya. Sudah
bisa ditebak dari awal halaman. Bosan saya. Pingin cari yang unik dan beda. Tapi
kalau roamance straight yang bagus, ya tak apa. Buktinya saja, saya masih bisa
menikmati romance straight, dan memiliki pair straight. Saya loh, meski suka
yaoi, tidak sreg kalau lihat live
action BL. Nggak tau kenapa, beda aja feelnya. Mungkin karena memang saya nggak
ngedukung itu tadi. Aneh kan? Ya aneh! Tahu apa kita soal perspektif orang?
Kita cuma doyan men-judge, tanpa
melihat dari sisi lain.
Kami bukan munafik, hanya karena tidak
mendukung LGBT, padahal seorang penyuka tipe yaoi/yuri. Ini masalah kesukaan
saja, semata hiburan.
Terlepas dari masalah
mendukung atau tidak, memang benar dalam kejadian ini juga ada ironinya dan hal
yang disayangkan.
Mereka yang menuntut kesetaraan, malah hobi menghakimi dan
memukul rata yang tidak tahu apa-apa. Saya yang sempat mengunjungi atau melihat
di beberapa tempat, mereka malah merendahkan dan menyudutkan orientasi straight atau heteroseksual.
Contoh kecilnya saja, gambar ini. Pride flag? Apanya yang pride
flag. Mereka terlihat jelas hanya mengolok yang berorientasi hetero. Lihatlah
pada gambar heteroseks. Abu-abu? Membosankan mereka bilang? Kenapa yang
heteroseks disudutkan, hanya karena kesalah beberapa orang ekstrimis yang
membenci kalian? Kenapa memang kalau jadi heteroseks? Saya kasihan dengan
kalian yang menuntut kesetaraan orientasi seksual, tapi malah menyudutkan salah
satu golongan. Jadi buat kalian, heteroseks, atau straight itu, jelek? Salah?
Berorientasi straight nggak se
abu-abu itu kok. Tolong jangan rendahkan yang lain, hanya karena kalian ingin
dilihat tinggi. Miris. Ironi.
Selain itu, saya sudah sering melihat, alasan mereka tidak
mau menikah dengan lawan jenis adalah karena tidak ingin memiliki keturunan.
Merepotkan. Tidak semua, hanya
beberapa. Itulah yang disayangkan. Saya juga pernah mendengar dari teman saya (yang
lain), yang memang seorang lesbian. Tapi dari negara lain. Selain itu, faktor orientasi
ini, sebenarnya juga bisa tumbuh dalam diri seorang anak karena lingkungan
mereka. Setelah mendengar teman saya menyukai cewe saja, saya baru kemudian
tahu kalau dia punya dua ibu, dan
sudah pasti mereka adalah pasangan. Tidak men-judge, hanya asumsi saja.
Di zaman yang sudah canggih ini, tak mustahil untuk kita
menggali ilmu lebih dalam, dan mengerti hal lebih jauh lagi. Jika kalian sudah
berusaha untuk menasehati, namun telinga mereka ditutup rapat, sudah, jangan
sampai dongkol, dan akhirnya membuat hatimu keras. Memang dunia ini dihuni
beragam orang. Tapi jika kalian takut terkena azab (duh, balik berat lagi xD),
percayalah kalau Allah Maha Tahu. Dia bisa melihat setitik putih di lautan noda
hitam. Jadi jangan takut. Kalau memang mau memberitahu mereka, sampaikan dengan
halus dan hati yang lembut, tutur kata yang baik. Jangan merendahkan diri Anda
dengan berbuat kasar dan anarki.
Sekian dari saya,
yang ilmunya masih tak seberapa.