Ringkasan cerita Ludruk yang saya saksikan tanggal 31 Maret 2012 di taman Krida Budaya Malang pkl 20.00 WIB - 23.00 WIB. Maaf kalau tidak lengkap. ^o^
Ludruk Sawunggaling bercerita tentang seorang pemuda bernama Jaka Berek, yang ternyata adalah putra seorang tumenggung di Surabaya.
Pada suatu hari, Jaka Berek pergi ke keratin Surabaya untuk mencari ayahnya yang bernama Tumenggung Jayengrana. Tanpa diduga, ternyata lelaki yang menemuinya adalah beliau sendiri. Namun, sebelum mengaku sebagai tumenggung Jayengrana, Ia bertanya beberapa hal pada Jaka Berek. Saat ditanya untuk apa ia dating ke kediamannya, Jaka berek menjawab bahwa ia mencari ayahnya yang bernama Tumenggung Jayengrana, dan ia membawa selendang peninggalan ibunya yang diberikan padanya. Ia disuruh memberikan itu pada ayahnya, maka ia akan mengenali Jaka Berek. Terkejutlah Tumenggung Jayengrana melihat selendang Dewi Sangkrah. Seketika beliau teringat dengan mendiang istrinya yang ia tinggalkan di desa dulu. Yakin bahwa Jaka Berek tidak berbohong, ia pun mengatakan bahwa ia lah Tumenggung Jayengrana, ayahnya. Setelah resmi diakui sebagai anak Tumenggung Jayengrana, Jaka Berek mendapat nama baru dari ayahnya dan namanya menjadi Jaka Berek Sawunggaling, sama seperti kedua kakak dari lain ibu yang bernama Sawungrana dan Sawungsari.
Sawunggaling lalu diberitahu tentang sayembara panahan, yang barangsiapa memenangkan sayembara itu akan menjadi tumenggung di Surabaya. Sebelumnya, belum ada seorangpun yang dapat memanah umbul-umbul yang terpancang tinggi itu, dan sekarang Tumenggung Jayengrana yakin bahwa Sawunggaling mampu memenangkan sayembara itu.
Di samping itu, ternyata pihak Belanda tidak menyukai Tumenggung Jayengrana yang tidak suka bekerjasama dengan Belanda, membuat pihak Belanda berusaha untuk menjatuhkan beliau, dan sayembara memanah umbul-umbul itu lah yang sebenarnya digunakan untuk menjatuhkannya. Mereka berharap kedua kakak Sawunggaling lah yang emenangkan sayembara, namun mereka terkejut dan tidak suka setelah mengetahui bahwa Sawunggaling lah yang berhasil memenangkan sayembara itu.
Tidak setuju jika Sawunggaling menjadi tumenggung di Surabaya, mereka membuat syarat tambahan agar ia menjadi Tumenggung. Mereka menyuruh Sawunggaling untuk menangkap seorang raja yang ternyata addalah ayah dari wanita yang dicintainya. Hampir saja terjadi pertarungan darah diantara mereka, namun lawannya menghentikan dia saat berkata bahwa dengan membunuhnya Sawunggalin akan diangkat menjadi tumenggung di Surabaya. Ia lalu memberitahu bahwa sawunggaling sudah resmi menjadi tumenggung tanpa harus membunuhnya, karena siapa saja yang dapat menjatuhkan umbul-umbul akan menjadi tumenggung di Surabaya. Awalnya sawunggaling tak percaya, namun berhasil diyakinkan, dan akhirnya mereka bekerjasama melawan belanda.
Sawunggaling lalu menghadap Belanda dan mengatakan bahwa ia berhasil menjalankan tugasnya. Mereka terkejut atas keberhasilannya. Niatan jahat pun muncul kembali muncul, dan kali ini mereka berniat membunuh Sawunggaling dengan racun. Pihak Belanda memberikan segelas minuman yang dikatakan sebagai minuman penghormatan atas diangkatnya Sawunggaling menjadi Tumenggung Surabaya. Saat akan menenggak minuman itu, ia dihentikan oleh adipati Cakraningrat. Sawunggaling marah dan mengira bahwa adipati Cakraningrat tidak suka Jika dirinya menjadi tumenggung. Namun setelah dijelaskan duduk perkaranya bahwa minuman itu beracun, dan mereka juga lah yang membunuh Tumenggung Jayengrana, Sawunggaling pun bertekad mebalas para Belanda itu.
Akhirnya Sawunggaling berhasil mengalahkan pihak Belanda dan menjadi tumenggung di Surabaya, dan bersumpah akan mensejahterakan rakyatnya, berusaha agar rakyatnya tak lagi dijajah.
0 komentar:
Post a Comment
Budayakan berkomentar yang baik :)